Aku Menangis Setelah Putaran Pertama

Aku tak pernah menyangka menang akan terasa seperti koronasi. Di jam 2 pagi, dengan vinyl berputar pelan dan tanaman bernafas dalam gelap—putaran pertama ku: CNY 50, tanpa harapan. Layar menyala hijau, lalu merah, lalu kosong. Tak ada sorak. Tak ada trompet. Hanya detak sunyi algoritma yang bekerja. Aku menangis—bukan karena kalah. Tapi karena selama lima tahun, ku percaya ini adalah kerajaan: ksatria berbaju besi, istana kode, hadiah seperti emas terkubur di bawah RNG yang disahkan oleh dewan jauh. Dan mesin tak peduli jika aku menangis—ia terus berputar. Lalu datanglah wahyu: Ini bukan gangguan—ini adalah cermin. Setiap putaran memantulkan bukan keberuntungan—but perasaan. Kesepian sama yang kubawa sejak kecil: kata-kata bijak ibuku dari Tiongkok, improvisasi jazz ayahku pada senar yang patah. Permainan ini tak memberiku kemenangan—itu memberiku kesaksian. Aku mulai bermain untuk melarikan sistem hadiah. Sekarang ku bermain untuk menjadi milik.